Hero image Kesempatan Kedua: UPH Membantu Mahasiswa Teachers College Penyandang Disabilitas Fisik Menggapai Mimpinya

Berita Terkini | Berita

Kesempatan Kedua: UPH Membantu Mahasiswa Teachers College Penyandang Disabilitas Fisik Menggapai Mimpinya
24 Juni 2024

Tanggal 29 Juni 2020 merupakan hari yang mengubah hidup Joy Sishokhi Putra Lase – mahasiswa semester dua Teachers College (TC) UPH – selamanya. Saat itu adalah puncak pandemi Covid-19 dan untuk mencegah penularan lokal, kelas tatap muka di sekolah menengah atas di Kecamatan Gunung Sitoli Selatan di Nias, Sumatera Utara, ditangguhkan untuk jangka waktu yang cukup lama.

Merasa bosan karena tidak banyak aktivitas yang dapat dilakukan selama berada di dalam rumah, Joy yang saat itu berada di Kelas 11 memutuskan untuk membantu ayahnya, seorang pekerja konstruksi, di lokasi proyek terdekat. Sekitar sebulan kemudian, mereka disuruh untuk memasang papan kayu di jalan aspal untuk membantu ekskavator beroda rantai melewatinya tanpa merusak permukaan aspal. Saat itulah kecelakaan tragis tersebut terjadi. Entah karena kecerobohan, kelalaian atau murni kecelakaan, kaki kanan Joy terlindas dan remuk oleh mesin pengeruk yang besar dan berat tersebut.

“Aku hanya ingat pingsan ketika hal itu terjadi dan ketika aku sadar, hal pertama yang aku rasakan adalah rasa sakit yang tak terbayangkan dari kakiku yang dililit kain yang berlumuran darah. Lalu aku dilarikan ke rumah sakit terdekat,” kenangnya.

Lalu datanglah kabar mengejutkan tersebut. Dokter mengatakan kakinya tidak bisa diselamatkan dan harus diamputasi. “Aku merasa duniaku hancur. Jauh di dalam lubuk hati, aku sempat protes: ‘Ya Tuhan, mengapa Engkau membiarkan hal ini terjadi padaku? Apa yang telah aku lakukan sehingga pantas menerima ini?’”

Setelah dia keluar dari rumah sakit, dia terjerumus ke dalam lubang gelap depresi. “Aku menjadi pribadi yang tertutup, mudah tersinggung, terus meratapi nasib. Bahkan sampai pada titik di mana aku sempat berpikir untuk mengakhiri hidup. Aku merasa seperti kehilangan semua harapan. Semua mimpiku hancur. Itu adalah titik terendah dalam hidupku,” ingatnya.

Kecelakaan itu juga sempat mengguncang imannya selama beberapa waktu. “Dulu aku aktif dalam pelayanan gereja, namun selama lebih dari enam bulan setelah kecelakaan itu, aku berhenti pergi ke gereja sama sekali. Aku menyalahkan Tuhan atas kemalangan yang terjadi,” ungkap Joy.

Namun, berkat dukungan yang besar dari keluarga tercintanya, sekolah serta teman-temannya yang penuh perhatian, dia berusaha untuk bangkit kembali secara perlahan. “Aku berpikir, sampai kapan aku harus berkubang dalam penderitaan dengan terus mengasihani diri sendiri dan menyalahkan orang lain. Tak ada gunanya karena nasi telah menjadi bubur. Ini adalah kecelakaan yang sangat miris. Tapi hidup harus terus berjalan,” katanya, menerima kenyataan baru.

Menjelang kelulusan, anak keenam dari delapan bersaudara ini mulai mendaftar ke universitas. Sepupunya bercerita bahwa TC UPH menawarkan beasiswa bagi mahasiswa berprestasi yang berasal dari keluarga kurang mampu. Sebenarnya, cita-citanya sebelum kecelakaan adalah menjadi pegawai negeri. Di desanya, menjadi pegawai negeri dianggap sebagai pekerjaan bergengsi yang dapat meningkatkan derajat sosial seseorang. Namun bencana tersebut membuatnya memikirkan kembali tujuan hidupnya.

“Saat aku SMP, guru IPA-ku mengatakan bahwa aku berbakat menjadi guru yang baik karena aku pintar menjelaskan teori yang sulit kepada teman sekelasku dengan cara yang lebih mudah dipahami. Dulu aku juga dengan senang hati menerima ketika ditunjuk untuk memimpin eksperimen sains di sekolah,” ujarnya.

Dia mengumpulkan keberaniannya dan mengambil kesempatan untuk mendaftar ke TC UPH. Namun karena kurangnya persiapan, upaya pertamanya tidak berhasil karena dia gagal dalam tes psikometri dan wawancara. Tanpa gentar, dia mencoba lagi dan kali ini dia berhasil. “Aku sangat gembira. Aku mulai melihat secercah harapan,” katanya antusias.

Sebagai penerima beasiswa penuh, dia tinggal di asrama bersama ratusan calon guru lainnya dari seluruh Indonesia. Hal ini memberinya lingkungan pendukung yang kuat, baik secara fisik maupun emosional.

“Aku sangat menikmati berada di tengah orang-orang yang hangat dan penuh perhatian. Teman sekamar, orang tua asrama, sesama mahasiswa, dan civitas akademika UPH semuanya sangat suportif. Ada rasa kebersamaan yang sangat nyata. Aku merasa seperti mempunyai keluarga kedua. Mereka telah menjadi sumber kekuatan dan kepercayaan diri bagiku,” katanya.

Tuhan terus membukakan pintu baru bagi Joy. Baru-baru ini, ia termasuk di antara 140 penerima kaki palsu yang disumbangkan oleh Hyundai Indonesia, Grab Indonesia, dan Yayasan Benih Baik Indonesia melalui program #RodaKebaikan.

Hal ini merupakan hasil dari upaya fasilitasi selama berbulan-bulan yang dilakukan oleh TC dan MYC Residence dalam mencari calon donor. Dengan kaki palsu tersebut, Joy berharap dapat segera berhenti menggunakan tongkat kruk dan mendapatkan kembali mobilitas alami serta kemandiriannya secara fisik.

“Ini butuh sedikit pembelajaran dan periode penyesuaian sekitar satu bulan dengan latihan reguler, tapi aku sangat bersemangat karena ini akan memungkinkanku berjalan dengan lebih mudah,” katanya dengan nada optimis.

Meskipun cacat secara fisik, Joy tidak ingin orang-orang memperlakukannya secara berbeda karena merasa simpati, atau bahkan kasihan, karena menurutnya hal itu hanya akan mengingatkannya bahwa dia lemah dan tidak mampu melakukan hal-hal seperti yang biasanya dilakukan orang normal. “Aku masih rutin berenang,” katanya seolah ingin membuktikan ucapannya.

Ketika ditanya tentang ayat Alkitab favoritnya, Joy merujuk ke Filipi 4:13, yang berbunyi: “Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku.”

Diterimanya Joy sebagai mahasiswa TC menunjukkan komitmen UPH untuk menciptakan lingkungan yang inklusif dan non-diskriminatif. Karena pada dasarnya semua orang setara dan berharga di mata Tuhan.

Berita Terkait
Bagaimana Pekerjaan Kami Menyentuh Hidup Banyak Orang
SELENGKAPNYA
Bergabung Bersama Kami!

Jadilah bagian dari transformasi pendidikan di Indonesia

DUKUNG KAMI DUKUNG MEREKA