Hero image Pergi dan Beritakan Kabar Baik Kepada Semua Bangsa: Tiga Lulusan ITC Berbagi Mengenai Karya Pelayanan Mereka

Berita Terkini | Berita

Pergi dan Beritakan Kabar Baik Kepada Semua Bangsa: Tiga Lulusan ITC Berbagi Mengenai Karya Pelayanan Mereka
31 Oktober 2023

Kerajaan Allah, gereja-Nya, dan sekolah Kristen sedang bertumbuh secara pesat di seluruh Asia, dan kebutuhan akan guru-guru Kristen yang terlatih, yang berpengetahuan, beriman, dan mampu mengajar sesuai kerangka alkitabiah yang konsisten dan koheren sangatlah penting. Universitas Pelita Harapan International Teachers College (UPH-ITC) didirikan pada tahun 2014 untuk membekali para pendidik masa depan dengan kerangka teologi Reformed yang khas, untuk melayani sebagai guru di sekolah-sekolah di Indonesia dan tingkat global. Selama 9 tahun terakhir, UPH-ITC telah menjadi “mercusuar” keunggulan yang menarik mahasiswa dari 20 negara di lima benua dan “candradimuka” untuk menempa mereka menjadi pendidik masa depan yang memiliki keterampilan mengajar dan meneliti yang unggul, pola pikir global dan hati yang melayani. 

Hingga saat ini, ITC telah menghasilkan total 156 alumni yang memberikan kontribusi nyata bagi pengembangan pendidikan dan komunitas di negara setempat, memuliakan Tuhan melalui karya mereka dan menjadi berkat bagi bangsa melalui Injil Yesus Kristus. Perlu diketahu juga bahwa bahkan mereka yang gagal menyelesaikan studinya karena kemampuan bahasa Inggris, situasi keluarga, pertikaian politik, ketatnya program, atau masalah keuangan telah melanjutkan karir di bidang pendidikan dan mengapresiasi kesempatan mereka pernah kuliah di ITC memainkan peran penting dalam keberhasilan mereka. 

Di ITC, siswa dibiasakan dengan berbagai budaya dan sistem pendidikan yang berbeda, seraya mereka kuliah dalam bahasa Inggris, dan tinggal di lingkungan yang aman dan nyaman. Komunitas Kristen yang penuh perhatian dan suportif membantu mereka bertumbuh dalam pengetahuan dan iman seraya mereka mempersiapkan diri untuk pelayanan sebagai pendidik Kristen di sekolah-sekolah di seluruh dunia. 

Artikel ini menyoroti perjalanan dan kontribusi tiga alumni ITC yang mengabdi di berbagai belahan dunia. Mereka berbagi pengalaman kuliah mereka yang berkesan, bagaimana ITC mempersiapkan mereka untuk karir mereka saat ini, dan tantangan yang mereka hadapi di lapangan. 

Gita Lama - Promise Bilingual School, Banepa, Nepal

Lahir dan besar di Nepal, Gita adalah salah satu mahasiswa ITC angkatan pertama (2014). Saat pertama kali datang ke Indonesia, ia mendapati budaya, makanan, dan lingkungannya sangat berbeda dibandingkan di negara asalnya. Meski awalnya sempat kewalahan, ia mampu mengatasi kejutan budaya dan kerinduan akan kampung halamannya berkat dukungan dari para dosen dan staf ITC yang penuh kasih dan perhatian. Ia terutama sangat suka pergi ke kapel dan gereja, di mana ia bisa mendapat banyak teman dari Indonesia. 

Setelah lulus, ia mengajar selama empat setengah tahun di sebuah sekolah Kristen di Pokhara, Nepal, dan kemudian menyelesaikan pendidikan master dalam jurusan English Language Teaching (ELT) dari Universitas Kathmandu. Ia sekarang menjadi kepala sekolah di Promise Bilingual School, sebuah sekolah baru di Banepa (sekitar 25 km sebelah timur ibu kota Kathmandu) yang didirikan di bawah naungan Transform the Nations (TtN) yang berbasis di Australia. 

Tanggung jawabnya juga mencakup mengajar bahasa Inggris di sekolah yang terdiri dari playgroup, TK dan SD kelas 1-7 dengan lima guru dan angkatan pertama yang terdiri dari 50 siswa dari latar belakang agama, kasta, dan etnis yang berbeda. Sekitar seperempat siswa berasal dari keluarga miskin, dan sebagian besar dari mereka adalah anak yatim piatu dari panti asuhan terdekat yang bekerja sama dengan sekolah. 

“Tantangan terbesar adalah mengubah pola pikir dan ekspektasi. Siswa Nepal terbiasa dengan metode pembelajaran satu arah dibandingkan dengan pendekatan yang berpusat pada siswa. Kami mencoba menggunakan metode student-centered semaksimal mungkin bila pelajaran memungkinkan. Hal ini sangat berdampak karena siswa menjadi lebih bersemangat untuk belajar; mereka lebih aktif, penuh rasa ingin tahu, dan terlibat penuh. Ini yang membedakan sekolah kami dengan yang lain,” kata Gita. 

Ada juga masalah pelik lainnya mengenai pengajaran agama Kristen di Nepal yang mayoritas penduduknya beragama Hindu karena negara tersebut melarang dan mengkriminalisasi upaya pemurtadan. “Yang kami lakukan adalah mencoba mengajarkan nilai-nilai dan moral Kristiani secara tidak langsung pada saat sesi berkumpul dengan menggunakan metafora, perumpamaan atau analogi yang diambil dari Alkitab berdasarkan tema bulan tersebut, misalnya tentang buah Roh – kasih, sukacita, damai sejahtera, kebaikan, kemurahan, dan sebagainya.” 

Dennis Ochieng Juma - Horizon Christian School, Oregon, AS 

Berasal dari Nairobi, Kenya, Dennis bergabung dengan ITC pada tahun 2016 setelah dia mengetahui peluang tersebut dari gerejanya. Ia memiliki kenangan indah tentang UPH Festival yang menurutnya membantunya untuk menyesuaikan diri dengan komunitas UPH yang dinamis, beragam, dan ramah. Ia juga mengapresiasi kehidupan asrama yang penuh warna yang memberinya kesempatan untuk berinteraksi dengan mahasiswa lain dari lebih dari 15 negara. 

Selain itu, ITC memberinya pelatihan komprehensif dan sertifikat internasional yang memungkinkannya mengajar di sekolah-sekolah Kristen di seluruh dunia. Ia belajar banyak tentang metode pengajaran yang efektif, perencanaan pembelajaran dan pengembangan kurikulum. Namun, dalam pandangannya, penekanan paling signifikan diberikan pada seni beradaptasi dengan beragam situasi, budaya, dan lingkungan. Pendekatan ini memungkinkannya untuk merancang kurikulum yang selaras dengan konteks budaya tertentu dan mengintegrasikan agama Kristen secara alami ke dalam proses belajar-mengajar, tanpa harus memaksakannya kepada siswa. “Saya menyadari bahwa memberi contoh melalui iman dan karakter juga merupakan bagian penting dari pendekatan pengajaran, sehingga memungkinkan saya untuk menampilkan nilai-nilai yang ingin saya tanamkan,” katanya. 

Setelah lulus, ia mengajar di sebuah sekolah di Myanmar. Namun, pada awal tahun 2021, militer negara tersebut melancarkan kudeta yang menjerumuskan negara tersebut ke dalam periode penuh konflik. Akibatnya, siswa sering bolos sekolah, dan karena kelas dilakukan secara online, motivasi dan perhatian siswa sulit dijaga. Banyak siswa yang absen selama berbulan-bulan, sehingga memberikan tantangan berat. 

Pada tahun 2022, ia mendapat posisi mengajar di Amerika Serikat. Ia sekarang menjadi kepala departemen matematika, dengan tanggung jawab meliputi mengajar matematika dan Alkitab, ilmu pengetahuan alam, dan pendidikan jasmani (terutama sebagai pelatih sepak bola). Sekolah yang terletak di kota Hood River, Oregon yang berpanorama indah ini memiliki sekitar 300 siswa, yang terdiri dari enam belas ruang kelas yang dilengkapi dengan peralatan moden untuk mendukung pembelajaran yang interaktif. 

Namun di Amerika, ia menghadapi tantangan yang berbeda, terutama kurangnya motivasi intrinsik di kalangan siswa. “Tidak seperti di negara-negara berkembang di Asia dan Afrika, pelajar di negara-negara maju seperti Amerika Serikat sering kali kurang menghargai hak istimewa yang mereka miliki. Mereka cenderung memandang pendidikan sebagai sesuatu yang sudah sewajarnya mereka terima,” ujarnya.  

Thomas Ferdinand Harefa - Life International School, Sihanoukville, Kamboja 

Lahir di Balikpapan, Thomas adalah alumnus ITC tahun kelulusan 2018. Sebenarnya mengajar bukanlah hasrat awalnya. Namun setelah rencana kuliahnya tidak terlaksana karena keadaan yang tidak terduga, penasihat karirnya menyarankan ITC sebagai pilihan alternatif untuk dia pertimbangkan setelah mengamati potensinya. Terinspirasi oleh kakeknya yang merupakan seorang kepala sekolah di Nias, ia akhirnya memutuskan untuk mendaftar. “Dalam beberapa bulan setelah kuliah di ITC, Yesus menghapus segala keraguan saya dan saya menemukan panggilan saya untuk menjadi seorang pendidik.” 

Ia mengungkapkan kesan istimewa semasa kuliah adalah tinggal bersama sesama mahasiswa dari berbagai latar belakang dan budaya. “Saya masih ingat dengan jelas aroma rempah-rempah eksotis dari berbagai benua yang menyerbak ke setiap sudut kamar kami setiap hari. Hari Senin kami serasa berada ke Nepal, hari Selasa di China, hari Rabu di Kenya, dan seterusnya,” kenangnya. “Paparan terhadap berbagai budaya itulah yang membantu saya menjadi jauh lebih inklusif, toleran, dan ramah terhadap saudara-saudara saya dalam Kristus.” 

Thomas kini menjadi kepala sekolah menengah di Life International School, sebuah sekolah swasta internasional Kristen dengan jenjang TK hingga kelas 12 di kota pesisir Sihanoukville. Ketika ia mulai menjadi guru bahasa Inggris, ia berperan penting dalam proses sekolah tersebut mendapatkan akreditasi Association of Christian Schools International (ACSI). Bersama komite sekolah, ia berhasil membantu sekolahnya mendapatkan pengakuan sebagai sekolah terakreditasi ACSI pertama di luar ibu kota Phnom Penh. Sebagai penghargaan atas kerja keras dan kompetensinya, ia diangkat menjadi kepala sekolah menengah pada bulan Februari 2021, mengelola sekitar 12 guru dan hampir seratus siswa. Saat ini ia sedang menyelesaikan pendidikan S2 dalam bidang Education Leadership dari Liverpool John Moores University, dan sesuai perkiraan akan lulus pada awal tahun 2024. 

“ITC telah memperlengkapi saya untuk menjadi pemimpin yang baik melalui hubungan tulus yang saya bina dengan rekan-rekan, dosen, dan mentor saya. Ya, hidup dan bekerja di luar negeri memang tidak mudah, tapi melalui ITC Tuhan memberi saya kemampuan untuk melayani dengan sepenuh hati,” kata Thomas. 

Karena pemerintah Kamboja melarang sekolah merancang kurikulum/mata pelajaran yang berpihak pada agama tertentu, sekolah tersebut beralih dari kelas Pelajaran Alkitab ke kelas Filsafat Alkitab yang lebih inklusif. “Di sekolah dasar mereka menyebutnya ‘pendidikan karakter/nilai’; di sekolah menengah kami menyebutnya ‘Studi Fondasi dan Formasi’. Ya, Kamboja bisa menjadi ladang misi yang sulit, namun Tuhan sedang bekerja di sini!”

Berita Terkait
Bagaimana Pekerjaan Kami Menyentuh Hidup Banyak Orang
SELENGKAPNYA
Bergabung Bersama Kami!

Jadilah bagian dari transformasi pendidikan di Indonesia

DUKUNG KAMI DUKUNG MEREKA